Carle Pieters, penyelidik utama, Minerologi Bulan, Universitas Brown (kiri) berbicara dengan Rob Green, ilmuwan proyek instrumen, Minerologi Bulan, di Laboratorium Propulsi Jet NASA di Pasadena, California melihat pengarahan singkat membahas data ilmu baru dari bulan yang dikumpulkan selama misi ruang angkasa nasional dan internasional 24 September 2009 di kantor pusat NASA di Washington, DC. (Mandel Ngan / AFP / Getty Images)

Misi ruang angkasa internasional telah menemukan es di bulan dan lebih banyak bukti es di Mars – kabar baik untuk permukiman masa depan dan juga bagi para ilmuwan pencari kehidupan di luar bumi.

Empat laporan yang diterbitkan dalam jurnal Science edisi Jumat (25/9) menunjukkan bukti yang jelas adanya air, mungkin beku, pada permukaan padang pasir Bulan dan Mars.

NASA mengatakan Alat Pemetaan Mineral Bulan, atau M3, menemukan molekul-molekul air di seluruh permukaan bulan. Oktober lalu Instrumen M3 dibawa oleh Chandrayaan-1 pesawat ruang angkasa Organisasi Penelitian Luar Angkasa India – misi luar angkasa India pertama.

“Air es di bulan telah menjadi bukti penting untuk para ilmuwan bulan selama ini,” kata Jim Green, Direktur Divisi Ilmu Planet di NASA Washington. (lebih…)


Misi pertama India ke Bulan telah menemukan bukti mengenai air dalam jumlah yang sangat banyak di permukaannya, demikian laporan harian The Times, Kamis (24/9).

Data dari pesawat antariksa Chandrayaan-1 juga menunjukkan air masih terbentuk di Bulan, kata surat kabar Inggris tersebut.

“Itu sangat memuaskan,” kata harian tersebut, yang mengutip Mylswamy Annadurai, direktur proyek misi itu di Organisasi Penelitian Antariksa India di Bangalore.

Surat kabar tersebut melaporkan terobosan dijadwalkan diumumkan oleh Badan Antariksa dan Penerbangan AS, Kamis.  (lebih…)


China-Entah patut diacungi jempol atau harus dikasihani. Sejak berusia 4 bulan, bayi asal China ini telah diajari berenang. Hasilnya, kini dalam usia 21 bulan, Xiao Xingwa, akan menggelar debut perdananya sebagai perenang profesional.

“Xingwa sangat suka dengan air dan dapat melakukan berbagai aksi di air. Ia merasa air seperti rumahnya sendiri hingga terkadang ia sampai tertidur di kolam,” ujar kakek Xingwa, Wang, seperti dilansir Ananova. (lebih…)


Sesuatu hal yang mustahil dilakukan jika bercocok tanam dilakukan di luar angkasa yang mempunyai kadar udara yang tipis. Namun, peneliti dari Amerika Serikat (AS) berhasil mewujudkan itu semua. (lebih…)


Pada suatu masa—jutaan tahun ke depan—keturunan kita tidak akan bisa melihat bulan seperti sekarang.

Tidak ada lagi fenomena gerhana matahari ataupun bulan total, kecuali dalam jejak rekam sejarah sains. Lambat, tetapi pasti bulan semakin bergerak menjauh dari bumi.

Bukan tanpa alasan Neil Armstrong—manusia pertama yang menginjakkan kakinya di bulan—meninggalkan jejak panel reflektor yang terdiri atas 100 cermin beberapa menit sebelum dia meninggalkan bulan pada 21 Juli 1969. Reflektor inilah yang kemudian menuntun manusia pada penemuan fakta mencengangkan. (lebih…)


INILAH.COM, Jakarta – Ilmuwan NASA mempersiapkan peluncuran misi ke ruang angkasa. Misi ini di luar kebiasaan karena membawa rudal yang akan diledakkan di bulan.

NASA meluncurkan roket Kepler bertujuan mencari dunia yang mirip bumi. Jika pencarian itu berhasil, maka bisa menyedikan sokongan untuk membuat markas di bulan. Bulan permukaannya sangat kering, namun es mungkin ada yang terjebak di jurangnya.

Misi tanpa awak Lunar Crater Observation and Sensing Satellite (LCROSS) akan menembakkan roket Centaur ke permukaan bulan dua kali kecepatan peluru. (lebih…)